Indonesia Kini dan Masa Depan
Bagin
Bagin
Indonesia yang kini berada di hadapan kita, betapapun adalah
produk dari masa lampau, yang bagaimana pun ada yang menyenangkan, selain juga
ada yang tidak menyenangkan, disertai produk dari kekinian yang masih
berkembang. Secara data, Indonesia Merdeka sudah tahun ke-62 (sekarang tahun
ke-68), satu momen yang cukup lumayan untuk ditelaah kembali, baik dan salahnya
kinerja bangsa ini. Lalu dari hasil
telaahan itu dapat kita tarik kesimpulan mana yang baik dan benar yang salah
atau keliru. Baru kemudian dilanjuti dengan gagasan ke masa depan, yang
berkaitan dengan karya masa lampau.
Apa yang sedang ada di masa kini, tentang ketatanegaraan,
tentang kemasyarakatan, tidak bisa dilepaskan dari masa lampau. Masih adanya
sisa-sisa G 30 S/PKI yang membayangi ketata-masyarakatan, adalah fakta yang
masih hidup di masa kekinian. Masih adanya sekitar 30% jumlah pengangguran di
Negara kita, masih adanya 70% rakyat yang penghasilannya di bawah penghasilan
yang cukup, serta sektor perekonomian yang masih terkeok-keok di bawah kekuatan
Negara asing, adalah data yang memperlihatkan masa kekinian yang menyakitkan
hati.
Berbarengan dengan itu, kinerja kaum politisi negeri ini,
baik yang di DPR maupun yang di pemerintahan, yang lebih banyak mengutamakan
kepentingan diri sendiri, adalah bukti tidak jalannya sikap “demi kepentingan
umum”. Sementara karakter bangsa kita masih suka mencontoh tingkah laku
“bapak-bapak” pemimpin. Maka itu dari kalangan rakyat bawahan pun timbul
kegairahan “meniru bapak-bapak pemimpin”, dan mengutamakan kemampuan dana
sekecil apa pun untuk tampil menjadi kelihatan pantas.
Bersamaan dengan itu, proyek pembangunan di pedesaan sudah
menghadapi kekurangan lahan pertanian, mengantar anak-anak muda bergerak ke arah
perkotaan dan malu kembali ke desa, walau di kota tida ada sesuatu pekerjaan.
Keadaan seperti itu sangat dipahami oleh pengusaha, dan
menampung pekerja yang asal pedesaan, dengan memberikan upah
serendah-rendahnya. Walaupun dibayar sangat rendah, tapi rakyat asal pedesaan
tetap bertahan di perkotaan, malah ada yang terjerumus menjadi maling. Maka
masyarakat Indonesia kini, berada pada posisi yng paling ‘niedergang’, yaitu
sangat terbelakang, baik yang di pedesaan dan juga di perkotaan.
Keadaan masyarakat Indonesia ini, sudah berjalan lebih lama
dari usia Indonesia Merdeka, artinya tidak ada perubahan dari masa penjajahan
Belanda-Jepang dan Indonesia Merdeka sudah 62 tahun. Tapi tidak ada gerakan
perlawanan dari massa rakyat, juga partai politik pun hanya diam seribu bahasa.
Soalnya partai politik pun, sasarannya hanyalah untuk menjadi anggota legilatif
atau jadi pejabat, karena memang partai politik produk Orba dan Orla sekarang,
bukan proyek “pencerminan dari hati nurani rakyat”. Jadi kaum politisi dan juga
kaum intelektual tidak berjuang untuk memperbaiki nasib rakyat.
Indonesia Masa Depan
Belajar dari
pengalaman, walau itu bukan pengalaman langsung melainkan pengalaman kelompok
bekas-bekas Orde Baru, maka kelompok masa depan rakyat Indonesia harus berani
menanggalkan kejelekan-kejelekan masa lampau itu. Kemudian membangun kinerja
baru yang keras dengan bersikap:
1.
Jangan menyentuh perilaku Orde Baru dan
pelaku-pelaku setelah Orde Baru, produk tahun 1970 sampai tahun 2005 (sampai sekarang-red).
2.
Bangkitkan kesadaran baru yang memandang jauh ke
masa depan
Dengan ketentuan pertama:
a.
Tinggalkan sikap mengikuti Orde Baru dan
pengikut-pengikutnya
b.
Bentuk gagasan yang penuh dengan kemajuan, cara
berpikir, cara bekerja dan cara membagi hasil
c.
Boleh meninjau ke luar negeri, namun tetap
berpusat pada kepribadian.
Kedua:
a.
Bangkitkan rasa persaudaraan sesama kalangan
muda di seluruh Tanah Air.
b.
Kerjakan apa yang ada di dalam pikiran dengan
rasa merdeka dan bebas dari campur-pikiran dari luar.
c.
Mulai kerjakan sektor pertanian
Dengan ketentuan tersebut di atas, dalam pelaksanaan bisa
ditambahi, namun yang paling utama adalah perilaku dengan semangat “Bangkitkan
Kesadaran Baru Yang Memandang Jauh ke Masa Depan”.
Dalam membangkitkan kesadaran baru tersebut para pemuda terutama harus
bersikap: “Tidak Ada Hari Esok Tanpa Ada Hari Ini, Dan Tidak Ada Hari ini Tanpa
Ada Hari Kemarin.”.
Membangun kesadaran baru rakyat dengan mengutamakan pada:
1.
Membangun kembali posisi rakyat yang telah
terlantar ratusan tahun.
2.
Membangun kembali semangat rakyat untuk berani
menjalankan kebenaran.
3.
Harus ada keberanian ‘pemuda-pemuda pelopor’
menyatukan diri dengan rakyat, agar si rakyat bisa menyatu dengan kebangkitan.
Faktor ketiga ini “Keberanian Pemuda-Pemuda Pelopor
Menyatukan Diri Dengan Rakyat”, adalah kunci keberhasilan “Membangun Indonesia
Ke Masa Depan”, yang tumbuh di atas ketumbuhan bangsa sendiri.
(Bagin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar