BERDIKARI No.2. Tahun November Desember 2000
HAJI
MUHAMMAD MISBACH :
TOKOH ISLAM REVOLUSIONER
Oleh : Yana SP
Oleh : Yana SP
“Orang Islam yang tidak menyetujui dasar-dasar Komunis bukan muslim
Sejati, yang mengaku dirinya islam tidak setuju adanya Komunisme, saya berani mengatakan bahwa bukan islam yang sejati …,
Begitupun sebaliknya, kawan kita yang mengaku dirinya sebagai Kumunis akan
tetapi mereka masih suka mengeluarkan pikiran yang bermaksud melenyapkan agama
islam mereka bukanlah komunis yang sejati”
H.M Misbach, kelahiran solo dari keluarga padegelang batik. Lahir pada
tahun 1876 dengan nama “Achmad”, nama
nabi Muhammad S.A.W yang berarti memberi gambaran bahwa orang tuanya adalah
sosok yang taat terhadap ajaran agama islam. Lingkungan religius, Kauman
solo disana mengenyam pendidikan
pesantren. Sejak masa remaja telah menunjukan
kegemarannya mendirikan model – model perkumpulan Selauctan Arab,
Laras, Madio, Tresno Soedoro, Pemain anak – anak “Djenggi” dan “Opera Drama”.
Misbach tampil kemudian sebagai mubaligh. Takasi Sirashi mengungkap,dalam
buku jaman bergerak mengungkap, “H.M Misbach adalah mubaligh berpendidikan
pesantren, realtif tidak di kenal dikalangan pergerakan, tidak dapat membaca
bahasa Belanda, tetapi mampu berbahasa Arab, dam tidak punya teman – teman Belanda.
Misbach pertama kali tampil sebagai tokoh pergerakan kaum muda islam di
Surakarta pada pertengahan 1910-an. Bapak Misbach bukan pejabat keagamaan.
Namun karna lahir dasar besar dikawasan yang sangat religius di Surakarta,
maka ia menghabiskan sebagian besar masa seklolahnya di pesantren, pun sempat
belajar disekolah Bumi Putera pemerintah angka dua” Gambaran sebagai sosok religius,
tampil sebagai pemuka anak – anak dilingkungan ia bermain merupakan tempat
mendidik dirinya untuk tampil sebagai mubaligh sekaligus terjun dalam lapangan
pergerakan. Proses pergaulan hidupya dengan tokoh – tokoh pergerakan baik
pergaulannya dengan kalangan SI yang menganut Islam sebagai azas perjuangan dan
juga dengan tokoh – tokoh pergerakan yang menganut ajaran Marxisme sebagai
dasar pergerakan. Tambahan pula kondisi rakyat Indonesia,yang teramat melarat
disebabkan penghisapan kolonisme imperialsme bangsa asing sehingga benih –
benih perlawanan rakyat tumbuh secara radikal, sehingga memperngaruhi gerak
langkah tokoh – tokoh pergerakan bangsa, disnii H.M Misbach terobsesi oleh
kondisi dan situasi rakyat pribumi yang menutntut. Pandangan Terhadap situsasi
H.M Misbach yang hidup dalam situasi kekuasan kolonialisme dan imperialism yang
dibantu oleh para ambtenar pribumi, sangat menyengsarakan rakyat bumi putra,
Ambtenar adalah kelanjutan dari system feodalisme yang sengaja dipelihara oleh
pemerintah Hindia Belanda untuk menjadi kaki tangan pemerintah dan kaum modal
(kapitalis) Internasional: Misbach berpendapat: “Sifat keadaan tanah Jawa
semakin lama perikehidupan tanah rakyat amatlah sukarnya,fikiran orang yang
selalu berjenis –jenis merasakan rupa – rupa hal yang menderita sebagai masuk
dalam sesak lantaran mana tenang kehidupannya dan kemerdekaan atau agamnya sama
sekali tidak dapat perlindungan yang cukup semata – mata ialah tindakan yang
ada pada kita.” ( Islam Bergerak,No.8,10 Maret 1919). Sejak Opendeur Politik
1905 mulai dijalankan ditanah air Indonesia,capital internasional masuk ke
Indonesia Kapital Jerman, Prancis, Amerika, Inggris, Jepang, Belanda, Menganut –
Nganut dan menghisap segala, kehidupan rakyat. Akibatnya adalah kesengsaraan
dan kemelaratan menimpa kehidupan dicukupi dengan sebenggol sehari,dengan upah
yang rendah dan harus membayar pajak. H.M Misbach menjelaskan bahawa semua
kesemhsaraan yang menimpa rakyat bumi putera itu sebabnya adalah penjajahan,rakyat
menjadi budak. Rakyat jajahan itu, ialah boleh diartikan rakya perudakan :
segala peraturan menurut sebagaimana khendak tuanyam baik yang beragama
Budha,Kristen, Islam dan lain sebagainya. Sekalipun peraturan itu banyak juga
yang tiada sesuai dengan khendak agamanya, Di teruskanlah dan malah wajib
mereka itu melakukanya. (Islam
Bergerak,No32,20 November1922). Sistem dan peraktek penjajahan memperbudak
bangsa Indonesia. Sistem penjajahan ini timbul sebagai kapitalisme ;dalam hal
ini Misbach menjelaskan : “…dan semua itu semua laba dan tamaknya
kapitalisme,sebabilah tang menggunaka tipu muslihatnya dengan jalan memfitnah,
menindas, menghisap dan lain – lain perkataan pula” menyerukan kerukunan Bumi Putera, Dalam tulisan yang berjuduk “Orang
Bodoh juga makhluk tuhan,maka fikiranyang tinggi juga bisa di dalam otaknya”,
Misbach tidak meragukan akan kesadaran rakyat, dari semua tindasan dan hisapan
stelsel kolonisme dan imperialisme, dengan ikhtiar apa rakyat bumi putera akan
membebaskan diri semua fitnah yang diakibatkan kolonialisme dan imperialism itu.
Atas pertanyaan diatas Misbach menjawab pertanyaan itu sebagai berikut. “…bila
kita belum bersatu hati (rukun) niscayalah barang apa yang kita khendaki akan
jatuh sia – sia”.
Keyakinan pendapatnya ini,lahir sebagai satu perlawanan
terhadap kekuasaan pemerintah Belanda yang selalu memcah belah rakyat bumi
putera (Bangsa Indonesia). Oleh karena itu membangun kerukunan rakyat bumi
putera, menuntut perjuangan tersendiri,sebab “Akan tetapi gampanglah kita
berkata, padahal rukun itu yang terlampaua susah didapatnya karena sebelum kita
bumi putera bergaung lantaran tertutup oleh orang yang mempermainkan kaum kita,
lebih dulubenih persatuan dan benih bercerai – berao sudah dimainkan oleh fihak
yang sengaja memuterakan anak Hindia,agar supaa anak Hindia tidak bisa rukun,
atau selamanya biar berselisihan sama dengan bangsa – bangsa yang tinggal
ditumpah darah kita Hindia”. (Islam Bergerak,
No.8, 10 maret 1919). Syarat dalam perjuangan merebut kemerdekaan menurut
pendapat Misbach adalah membangun kerukunan bersama rakyat bumi putera (bansa
Indonesia). Pandangan Mengenai Islam sangat mempengaruhi perjuangannya dalam menghadapi
kedzoloiman dan fitnahan system kolonialisme. Oleh karenanya Islam menjadi
spirit untuk membebaskan rakyat yang terjajah. Islam juga merupakan spirit
membentuk kebersamaan hidup manusia. Islam dalam pandangan H.M Misbach adalah
satu aturan (Nasehat) untuk membangun keselamatan manusia. Semamsa dirinya
terjun dlam kenca perjuangan rakyat banyak tokoh yang pesimis dengan Islam yang
dijadikan sebagai dasar pergerakan, hal itu di jawab olehnya dalam tulisan –
tulisannya di “Medan Moeslimin” dan “Islam Bergerak”. Benar tidaknua islam
dalam praktek,itu tergantung kepada yang menjalankannya, tatapi Islam itu
sendiri adalah Benar dan mudah diterima oleh akal “Bahwa Agama Islam itu mudah
dan benar sekali bagi seorang yang berdasarkan suci dan berfikiran jujur,dan
sebab – sebabnya agama Islam mudah dijalankan bagi orang yang berfikiran,
Karena agama Islam Cocok dengan akal fikiran”. (Medan Moeslimm, No.12, 1 Oktober 1923). Atas dasar pandangan
Misbach, tentang Islam sebagai sisitem yang mencari keselamatan dia memandang
bahwa untuk membangun system itu, pertama tama mencari sebab – sebab yang
merusak keselamatan itu, sebab menurutnya setiap kejadian ada sebab musibahnya.
Bahkan disini ada ayat yang menjelaskan ini. “ Saban – Saban ada satu kejadian mesti ada sebabnya” Al Qur’an juz
11 ayat 84. Kandungan ayat diatas member keyakinan pada diri H,M Misbach bahwa
islam mengajarkan “Historis materialistis”, Bahkan islam menurutnya : “Menurut
Ayat yang kami petik diatas,teranglah ; yang historis materialistis komunis ada
termasuk dalam aturan Islam”. (Ibid). Agama Islam sebagai satu ajaran bukan
hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dengan khaliq (ALLAH), tetapi
terutama mengatur hubungan manusia dengan manusia, yaitu keselamatan umum (Masyarakat).
Dalam hal inilah, ada dasar – dasar kecocokan antara islam dan komunis, Islam
itu sendiri mengandung unsure komunis menurut Misbach : “. . .dan yang disebut
Islam, yaitu orang yang menjalankan perintah tuhan yang maha kuasa,sebagaimana
adanya kaum komu0niesten, yaitu orang yang menjalankan ilmu komunis kami yakin
dan mengetahui betul termasuk dalam ceritanya agama islam”. (Medan
Moeslimin,No. 19,1 Oktober 1923). Oleh karena itu, orang islam menjalankan ke-
Islam-annya yang demikian itu, tidak memungkinkan adanya permusuhan kekuatan
islam dengan lain – lainnya; “Begritu juga sikap kaum islam tentang kekerasan
memusuhi semua yang membikin sengsara kepada manusia, tidaklah salah dengan
komunis,yakin musuh komunispun menjadi musuh kaum islam juga”( Ibid). Tentu
saja pandangan H.M Misbach yang demikian itu,banyak mendatangkan pertentangan
baik darikalangan Islam sendiri dan juga dari oihak yang mengaku Komunis. Sehingga
melahirkan perdebatan – perdebatan lebih tajam lagi,mempertanyakan tentang
islam yang menghalangi pergerakan politik, dan menghalangi lapangan pergerakan
komuni, sebaliknya kalangan Islam sendiri menentang pendapat H.M Misbach
terbukti diterapkan disiplin partai dalam SI dalam tahun 1923. Dengan
diterapkannya disiplin tersebut terjadilah perpecahan yang besar dikalangan
kekuatan rakyat bumi putera dan hal itu tentu saja sangat ditunggu oleh
pemerintah colonial belanda karena menguntungkan posisi kekuasannya kecamaan
tersebut dilontarkan pada kesempatan PKH ( Partai Komunis Hindia,sebelum
berganti PKI). Kongres di bandung 4 Maret 1923, ia mengecam orang – orang SI
yang anti Komunis. Misbach menjawab pertentangan dan kesangsian itu semua,
dalam “Medan Moeslimin” No. 10 tahun 1926. Dalam pembuangannya di manokuari
(Irian Jaya), dalam tulisan itu ia menjelaskan : “ Hai saudara – saudara ! saya
seorang yang mengaku setia pada agama, dan juga masuk dalam lapangan pergerakan
Komunis , dan saya mengaku juga barulah
tambah terbukanya fikiran saya dilapangan kebenaran atas perintah agama islam
itu, tidak lain ialah dari sesudah memperlajari ilmu komunisme hingga sekarang
saya beranii mengatakan juga bahwa kalutnya keselamatan dunia tidak lain hanya dari
jahanam kapitalisme dan imperialism yang berbudi buas itu saja, bukannya
keselamatan dan kemerdekaan kita hidup dalam dunia ini saja hingga kepercayaan
kita hal agama pun orang menghalangi agama islam itu pun bukan komunis sejati”.
Hal ini pun jelaskannya, “Begitu juga sekalian kalau kita mengaku dirinya
sebagai komunis, akan tetapi mereka masih suka mengeluarkan fikiran yang
bermaksud akan melenyapkan agar islam, itulah saya berani mengatakan bahawa
mereka bukannya komunis yang sejati atau mereka belum mengaku dirinya islam
tatapi tidak setuju adanya komunisme,saya berani mengatakan bahwa ia bukan
islam yang sejati, atau belum mengerti tentang dudukannya Agama Islam”. (Medan
Moeslimin No.1 tahun ke XI, 1 Januari 1925).
